Gunung prau yang kini
makin populer dikalangan para penggemar pelancong membuat saya teringat pada
masa kuliah. Pada tahun 2014 berkunjung ke gunung prau, saat itu belum sebanyak
saat ini. Kamu bisa lihat di postingan instagram suasana gunung prau saat ini,
puluhan bahkan ratusan tenda berdiri untuk menikmati pemandangan sangat luar
biasa yang disajikan di gunung prau.
awalnya yang hanya
iseng buat ngajak ke gunung prau alias ngomporin buat ke gunung prau dan hanya
sekitar 4 orang yang siap untuk berangkat saat itu. Kebetulan temen saya orang
wonosobo dan otomatis ada guide selama disana.
H-7 mulai mempersiapkan
semuanya, mulai dari booking sewa tenda, mantras, dan carrier dll. Pokoknya kebutuhan
untuk naik gunung, karena kami bukan anak pecinta alam yang memiliki equipment
lengkap. Solusinya ya kami sewa di penyewaan peralatan gunung. Sangat membantu
sih, kebetulan di Jogja banyak yang menyewakan.
Berangkat
dari Jogja
Kami berangkat menuju
wonosobo siang, jarak tempuh Jogja – Wonosobo kami tempuh selama 3,5 jam. Setelah
sampai di wonosobo kita menyempatkan istirahat sejenak setelah perjalanan
Jogja-Wonosobo. Mempersiapkan stamina untuk melanjutkan perjalanan gunung prau
sekitar jam 21.00 WIB. Jarak antara Wonosobo-dieng sekitar 1 jam.
Sekitar pukul 20.30 WIB
kami berangkat menuju dieng dengan menggunakan mobil yang kami bawa dari Jogja.
Jalan menuju Dieng lumayan gelap dan berkelok-kelok dan berjurang yang pasti. Jadi
tetap hati-hati, kalau kamu pakai motor saran saya sih mending sore kamu sudah
sampai di dieng. Istirahat di dieng. Karena saya punya temen di Wonosobo,
mampir dulu dirumahnya silaturahmi sambil makan gratis. Lumayan menghemat
budget hahaha.
Kami
bingung
Jalur menuju gunung
prau ada 2 jalur saat itu. Entah itu nama jalurnya apa saja saya lupa, yang
saya tahu pertaman melalui jalur yang lokasinya sebelum sampai pertigaan dieng.
Dan jalur kedua yaitu dari jalur mulai mendaki lewat belakang masjid yang
lokasinya setelah pertigaan lokasi wisata Dieng kamu belok kanan.
Apa perbedaan kedua
jalur itu?
Jalur pertama : untuk
dijalur ini kamu bisa menempuh untuk sampai tujuan sekitar 3jam dan jalurnya pun
gak muter. Tapi kondisi jalannya menanjak sekali dan berbatu. Buat kamu yang
doyan jalan nyantai jalur ini sih gak cocok buat kamu.
Jalur kedua : jalur ini
memang memerlukan waktu durasi lebih lama sekitar 2 jam. Tapi kondisi jalannya
lumayan santai dan tidak begitu terjal mendakinya. Dan sedikit rada muter
lumayan.
Berhubung saya dan
temen saya hanya ada cewek yang pertama kali naik bukit dan fisiknya sedikit
lemah, akhirnya kita memutuskan untuk menuju jalur santai yaitu jalur yang
kedua.
Persiapan
fisik
Beruntung satu minggu
sebelum mendaki saya rajin joging untuk persiapan naik ke prau. Ternyata mempersiakan
fisik sebelum mendaki sangat membantu sekali. Selama perjalanan sayapun merasa
jarang capek yang dimana saat itu banyak temen saya yang baru jalan seberapa
jauh sudah kelelahan sampai muntah dan nangis. Secara kami bukan anak pendaki
yang berpengalaman. Padahal saya sudah lama sekali gak naik gunung. Terakhir naik
gunung kelas satu SMA. Itupun gunung ungaran.
Jadi persiapan fisik
sebelum berangkat sangat perlu.
Diantar
bapak-bapak tua
Sebelum kita mulai
mendaki kita bertemu dengan seorang bapak-bapak yang mendekati saya dan
rombongan.
“mau ke prau mas”
“iya pak”
Bapak tua itu
memberikan saran kepada kami dan memberikan petunjuk-petunjuk sebelum kami
mendaki. Beliaupun yang menyarankan kami lewat mana jalur yang enak untuk
mendaki ke gunung prau. Pada umumnya para pendaki ke gunung prau saat itu memilih jalur
pertama.
Bapak-bapaktua itupun
mengantarkan kami untuk memulai perjalanan, namun bapak tua itu tidak
mengantarkan sampai tujuan hanya mengantarkan kami sampai ke titik yang aman
untuk mulai mendaki. Saat itu kami diantarkan sampai lokasi setelah kuburan. Karena
setelah itu kita tinggal lurus saja naik.
Perjalanan
malam
Perjalanan malam kala
itu memang bener sangat menantang dan mengesankan. Beruntung di pohon-pohon
sudah ada petunjuk arah menuju ke puncak gunung prau. Penjelajahan dimulai, mendaki
malam memang melatih mental, pikiran, kejelihan dan rasa solidaritas yang
tinggi.
Kita bareng-bareng menyusun strategi mana yang jalan dibagian depan,
tengah, pemegang senter, pemegang tenda, dan bagia belaka. Semua tim harus
kompak dan saling menjaga satu sama lain. Kita memiliki tugas masing-masing. Kita
memang bukan experd dalam hal mendaki, namun ini sudah naluri untuk menjadi
satu sama laiinya.
Apalagi salah satu
teman saya punya kelebihan yang bisa melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat
oleh orang. Jadi dia juga selalu memberi tanda-tanda bagaimana kita harus
bersikap untuk melewati beberapa tempat.
Ditengah perjalanan
kamipun bertemu dengan rombongan lain, namun tidak lama kami bersama rombongan
lain. Karena fisik kami tidak sama seperti mereka.
Perjalanan
kami tidak sampai ke lokasi tujuan
Hingga pukul 01.00 wib
kami merasa bingung, sebenernya tujuan yang utama itu dimana? Setahu kami yang
menarik adalah bukit teletubies. Akhirnyapun kami membuat tenda dilokasi
setelah ada tower. Iya betul kami berhenti di bukit teletubies, kami memutuskan
untuk berhenti tidak melanjutkan perjalanan. Karena kondisi sudah pada lelah
dan sudah enggan untuk melanjutkan perjalanan.
Kami menikmati malam
dilokasi yang ternyata tinggal jalan dibalik bukit teletubies. Dibalik bukit
teletubies itulah yang menawarkan pemandangan banyak gunung seperti di logo
Aqua. Tapi kami saat itu tidak berani spekulasi, karena kondisi sudah tidak
memungkinkan. Angin kencang dan hawanya sangat dingin.
Malam itu kamipun susah
mendirikan tenda karena kencangnya angin. Namun dengan kekompakan akhirnya
tendapun bisa berdiri dengan semestinya. Walaupun tenda satunya roboh akibat
terkena angin yang kencang saat itu.
Sunrise
Perbatasan antara malam
berganti pagi sudah terlihat, kami bersiap-siap mengambil kamera dan
mengabadikannya.
Menikmati ciptaan Tuhan. Kami salah memposisikan tendan, pintu tenda kami tepat di saat matahari terbit.
Menikmati ciptaan Tuhan. Kami salah memposisikan tendan, pintu tenda kami tepat di saat matahari terbit.
Sungguh nikmatnya
menyantap mie dan kopi di pagi hari. Disuguhi pemandangan alam yang sangat luar
biasa indahnya.
Setelah terang kami
berjalan turun ke bukit teletubis, dan apa yang terjadi. Terjadi benar dibalik
bukit teletubies itulah spot yang dicari.
Pemandangan gunung kayak gambar di botol air mineral.
Pemandangan gunung kayak gambar di botol air mineral.
Kecewa? Tidak sama
sekali, karena kami tetap menikmati perjalanan kami dengan cara kami sendiri. Walaupun
kami nyasar. Tidak sampai ke lokasi yang sebenarnya. Banyak pelajaran yang kami
dapat didalam perjalanan kami. Terutama arti tentang tolong menolong,
bersyukur, dan saling menjaga.
Setelah puas kamipun turun sekitar jam 13.00 wib, dengan rasa lelah dan bangga atas pencapaian kami yang tidak biasa.
Setelah puas kamipun turun sekitar jam 13.00 wib, dengan rasa lelah dan bangga atas pencapaian kami yang tidak biasa.
![]() |
Anyway yang tadinya ber 4 jadi segini banyak, hahaha |
Comments
Post a Comment